Dalam artikel sebelumnya telah dimulai pembahasan tentang hal-hal yang menyebabkan anak tidak percaya diri. Bahwa di antara penyebabnya adalah kesalahan dalam cara mendidik anak. Di antara potret kesalahan tersebut:
Anak dididik untuk merasa tidak berharga.
Dalam satu hari kehidupan sang anak perlu paling tidak ada satu kesempatan ia mendapat apresiasi atau pujian dari orang lain, terutama orang tuanya. Pujian itu akan membuatnya merasa menjadi orang berguna, dan orang yang hebat; mampu melakukan sesuatu. Dengan demikian, jiwa positif seseorang pun akan meluas. Jika sebaliknya, tentunya ia akan semakin merasa menjadi anak yang tidak ada gunanya, dan tidak bisa apa-apa.
Walaupun dalam konsep pendidikan Islam tidak hanya dikenal metode pujian. Tapi juga ada metode menakut-nakuti (ancaman / hukuman). Yang paling pas adalah sikap proporsional antara kedua metode tersebut.
Anak dididik untuk persaingan tidak sehat dengan kawan.
Secara asal tidak mengapa menyebutkan kelebihan orang lain untuk memotivasi anak agar mencontohnya. Namun yang sering menimbulkan masalah adalah tatkala sebagian orang tua terlalu kerap membandingkan kondisi anaknya dengan kondisi anak tetangga. Mereka membandingkan masalah perkembangan fisik lah, emosional lah, nilai akademis lah, prestasi lah, atau yang lainnya. Seringkali anak yang senantiasa dibandingkan ini, ia menjadi anak yang lebih rendah atau buruk dari kawannya. Akan menganggap dirinya tidak punya apa-apa, tidak bisa berpikir apa-apa. Maka akan mudah baginya menyerah atas sebuah masalah, karena merasa Ah, temanku itu yang bisa! Aku mah, kayak gini aja ga bisa!
Mungkin maksud dari orang tua membandingkan anaknya adalah sebagai motivasi. Namun, sungguh kebanyakan hanya akan memberikan pengaruh sebaliknya. Sebab dia belum bisa menangkap maksud anda. Karena dia masih dalam proses pencarian jati diri. Padahal bisa jadi anak memang kurang dalam mata pelajaran tertentu, tapi unggul di mata pelajaran yang lain. Jangan menuntut anak menguasai semua bidang.
Anak dididik untuk minat yang tidak sesuai keinginan.
Mengarahkan anak kepada sesuatu yang baik tentu merupakan hal yang positif. Mempelajari ilmu agama yang prinsipil. Mengetahui etika dan adab mulia. Dan yang semisalnya. Namun dalam hal-hal yang bersifat fleksibel, seperti jurusan sekolah, profesi pekerjaan dan yang serupa, kurang bijak bila anak dipaksakan mengikuti kehendak orang tuanya. Betapa banyak orang tua yang memaksakan keinginan/cita-citanya diwujudkan oleh sang anak. Padahal, cita-cita tersebut belum tentu disukai oleh anak.
Anak dididik untuk terbatasi setiap perilaku dan cara berpikirnya.
Anak itu daya pikirnya masih sangat melebar, imajinatif. Misalnya bercita-cita menjadi imam Masjdil Haram. Anak tidaklah seperti sebagian orang tua yang sering terjebak dalam belenggu keterbatasan. Biarkan anak berkembang selama masih dalam kerangka yang benar. Apalagi terkait cita-cita anak jangan batasi kemungkinannya. Termasuk di dalamnya adalah meremehkan kemampuan anak, Ah, masa bisa si kakak?
Di antara penyebab anak tidak percaya diri juga:
- Pengaruh Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh besar utamanya adalah keluarga. Jika orang tuanya sering bertengkar, maka anak pun akan senantiasa berada dalam ancaman, ketidaknyamanan, ketakutan, dalam kehidupan sehari-harinya. Inipun akan berdampak dalam kehidupan di luar. Anak tidak mudah bergaul karena merasa takut dan was-was, serta merasa rendah diri.
Bersambung…
Diedit oleh Abdullah Zaen dari http://www.fimadani.com/penyebab-anak-tidak-atau-kurang-percaya-diri/
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 20 Jumadal Ula 1437 / 29 Februari 2016